cabai rawit merah
(capsicum frutescens)
- Sunda: cengek
- Jawa: lombok
- Minangkabau: lado
- Aceh: lada
- Manado & Sulawesi: rica
- Bugis-Makassar: camba
- Melayu/Riau: cili
- Batak: lali
- NTB: lombok mirah
- NTT: lota
1. Rumah Adat
p tanggal 15 Mei, di Maluku pemerintah bersama rakyat setempat melakukan prosesi adat dan kebangsaan dalam m
Desa Haruku, Kepulauan Lease, Maluku Tengah. Acara tahunan yang pernah dianugerahi Hadiah Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru tahun 1986 ini, baru dapat terlaksana kembali untuk pertama kalinya setelah kerusuhan dan konflik 1999.Tanggal 15 November 2003 yang lalu, Kewang (Pelaksana Dewan Adat) Desa Haruku menyelenggarakan upacara adat sejak malam hari sebelumnya. Tepat pukul 10:00 pagi, pesta rakyat tersebut dimulai. Ratusan penduduk Haruku dan sekitarnya menghadiri acara dan sekaligus memanen ikan lompa (sejenis sardin, Thissina baelama) di muara sungai Learissa Kayeli.
Menyambut hari raya Idul Adha 1425 H, masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah, kembali mengadakan tradisi Abdau. Dalam upacara adat tersebut, masyarakat mengantarkan hewan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan tahunan tersebut juga diharapkan mampu menjadi perekat hubungan antarwarga Maluku yang pernah terlibat konflik.Upacara Abdau di Negeri Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, yang diselenggarakan bertepatan dengan hari raya Idul Adha, Jumat (21/1), merupakan tradisi pengantaran hewan kurban sebagai kaul negeri untuk dibagikan kepada masyarakat yang berhak.
Sumber ; https://sopigpsite.wordpress.com/2016/10/22/kebudayaan-maluku/
Sumatera Utara terkenal dengan keberagaman etnisnya, termasuk suku Batak, Nias, Mandailing, dan lainnya. Setiap suku memiliki upacara adat yang unik, mencerminkan identitas dan kekayaan budayanya. Setiap tradisi ini memiliki sejarah tersendiri, menjadikan warisan leluhur tersebut semakin menarik untuk dipelajari.
Sumatera Utara memiliki warisan budaya yang memikat dengan tradisi-tradisi khas yang tak ditemukan di tempat lain. Keunikan budaya, bahasa yang khas, serta adat istiadat yang kaya menjadikan Suku Batak daya tarik bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kekayaan budaya Sumatera Utara.
Beberapa contoh tradisi khas suku Batak, yaitu:
1. Manggokkal Holi
Salah satu marga di Sumatra Utara adalah Batak Toba, yang memiliki tradisi unik bernama Manggokkal Holi. Tradisi ini melibatkan upacara adat untuk memindahkan tulang belulang leluhur dan mengumpulkannya di tempat tertentu. Masyarakat Batak Toba percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup, melainkan tahap menuju kesempurnaan. Tulang atau kerangka yang diambil biasanya dibersihkan dengan jeruk purut sebelum dikuburkan di tempat suci yang disebut Tondi.
6. Horja Bolon
Horja Bolon adalah upacara adat Batak untuk menyambut tamu penting atau menyatukan keluarga besar, di mana hewan kurban seperti kerbau atau babi dipersembahkan sebagai tanda syukur dan simbol persatuan keluarga. Tarian dan nyanyian tradisional juga merupakan bagian penting dari Horja Bolon.
7. Hata Bolon
Hata Bolon adalah tradisi Batak yang berhubungan dengan pemakaman dan upacara keagamaan. Dilaksanakan dengan penuh penghormatan, upacara ini merupakan bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum. Prosesi Hata Bolon mencakup penguburan yang diiringi nyanyian, doa, dan tarian adat, melambangkan perjalanan jiwa ke alam lain.
8. Martumpol
Martumpol adalah tradisi Batak yang menegaskan persetujuan atau kesepakatan dalam acara-acara penting. Dalam Martumpol, adat istiadat dan protokol adat diikuti untuk mengatur acara dan mencapai persetujuan bersama antar pihak. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai sosial dan kekeluargaan yang penting dalam budaya Batak.
1. Upacara Sipaha Lima
Upacara Sipaha Lima adalah tradisi Suku Batak yang menganut kepercayaan Malim, dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas pencapaian tahun lalu dan untuk menghormati leluhur. Upacara ini memerlukan persiapan yang lama; pada bulan ketiga kalender Batak, masyarakat mulai mengumpulkan hasil panen sebagai persembahan, yang dilaksanakan pada bulan keempat. Upacara ini diiringi oleh musik Ogung Sabangunan, alat musik tradisional Batak Toba.
2. Upacara Fahombo
Upacara Fahombo adalah tradisi suku Nias untuk menandai peralihan seorang laki-laki dari masa kanak-kanak ke dewasa, yang dilakukan dengan melompati batu besar. Upacara ini terkenal dan bahkan diabadikan pada uang kertas Rp1.000. Fahombo dipercaya memiliki unsur magis dan spiritual, dengan campur tangan roh leluhur untuk kelancaran acara.
3. Upacara Mangulosi
Upacara Mangulosi berasal dari suku Batak Toba, Sumatera Utara, dan berakar dari kata 'ulos,' yaitu kain tenun khas suku Batak. Selain sebagai fashion statement, ulos memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan corak dan warnanya, jadi penting untuk memahami arti di baliknya. Mangulosi adalah ungkapan kasih sayang, simpati, doa, dan restu, serta berfungsi sebagai bentuk penghiburan bagi mereka yang sedang berduka. Dalam kepercayaan Batak, ulos melambangkan kehangatan bagi pemakainya. Upacara ini hanya dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada kerabat yang lebih muda, seperti dari orang tua kepada anak.
4. Upacara Gundala-Gundala
Upacara Gundala-Gundala adalah tradisi tarian suku Karo di Sumatera Utara yang mengandung unsur magis dan spiritual. Dulu, tradisi ini dipercaya dapat memanggil hujan, terutama saat kemarau panjang. Tradisi ini berasal dari kisah Raja Sibayak, yang bertemu dengan burung raksasa yang ternyata adalah jelmaan petapa sakti, Gurda Gurdi. Raja Sibayak membawanya pulang sebagai penjaga anaknya.
5. Upacara Mangongkal Holi
Upacara Mangongkal Holi adalah simbol penghormatan untuk tetua atau orang tua yang telah meninggal, bertujuan agar generasi berikutnya tetap mengenal dan memahami leluhur mereka. Tradisi ini telah ada sejak lama, jauh sebelum ajaran agama masuk ke Sumatera Utara. Mangongkal Holi berakar dari keyakinan bahwa roh leluhur masih memiliki kekuatan mempengaruhi keluarga yang masih hidup. Seiring dengan masuknya agama Kristen, upacara ini mengalami perubahan. Kini, Mangongkal Holi menjadi simbol penghormatan keluarga kepada orang tua yang telah meninggal, dan tidak lagi dipandu oleh dukun, melainkan melibatkan pihak gereja untuk doa.
Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia, setelah Jakarta. Terletak di sudut timur laut pulau Jawa, di Selat Madura, kota ini merupakan salah satu kota pelabuhan paling awal di Asia Tenggara. Kota yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan.
Surabaya dan daerah sekitarnya sedang mengalami perkembangan ekonomi yang paling cepat berkembang dan paling maju di Indonesia. Kota ini juga merupakan salah satu kota yang paling penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak di bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya merupakan pusat perdagangan yang berkembang pesat. Industri utamanya meliputi pembuatan kapal, peralatan berat, pengolahan makanan dan pertanian, elektronik, perabot rumah tangga, dan kerajinan tangan.
Budaya Unik Khas Surabaya
1. Tarian Remo
Tarian Remo adalah salah satu tarian tradisional khas Surabaya yang biasanya ditampilkan dalam pertunjukan Ludruk. Tarian ini memiliki gerakan yang dinamis dan penuh semangat, mencerminkan keberanian dan ketangguhan masyarakat Surabaya.Ludruk adalah seni teater tradisional Jawa Timur yang populer di Surabaya. Pertunjukan ini menampilkan lakon kehidupan sehari-hari masyarakat dengan sentuhan humor dan kritik sosial. Ludruk sering kali diiringi dengan musik gamelan dan menampilkan tarian Remo sebagai pembuka. Tema-tema yang diangkat biasanya terkait dengan perjuangan hidup dan nilai-nilai moral masyarakat.
3. Kuliner Khas Surabaya
Sedekah Bumi yang rutin digelar di kawasan Sambikarep. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas limpahan hasil panen yang melimpah serta doa untuk memohon rezeki yang lebih berkah di masa depan. Sebagai wujud rasa syukur, masyarakat Sambikarep membuat tumpeng raksasa yang berisi berbagai hasil bumi seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tumpeng ini kemudian menjadi simbol kelimpahan dan dibagikan kepada seluruh warga yang hadir. Momen ini menjadi ajang kebersamaan dan mempererat rasa persaudaraan antar warga.
Lebih dari sekadar rasa syukur, tradisi Sedekah Bumi juga mengandung makna harapan. Masyarakat Sambikarep percaya bahwa dengan melakukan tradisi ini, mereka akan mendapatkan rezeki yang lebih berlimpah dan terhindar dari mara bahaya. Doa dan harapan ini dipanjatkan bersama dalam suasana penuh syukur dan kebersamaan.
Tradisi ini dilakukan ketika bayi berusia tujuh bulan sebagai bentuk rasa syukur atas kesehatan dan keselamatan sang anak. Pitonan, yang berasal dari kata Jawa "pitu" yang berarti tujuh, merupakan perayaan yang digelar oleh keluarga untuk mendoakan kelancaran rejeki, keselamatan, dan masa depan yang cerah bagi sang anak. Dalam tradisi ini, berbagai doa dan harapan dipanjatkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan sang anak di masa depan. Pitonan menjadi pengingat bagi orang tua untuk terus bersyukur atas karunia anak mereka dan mendoakan yang terbaik untuk masa depannya.
cabai rawit merah (capsicum frutescens) Nama Lokal Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama lokal di Indonesia seperti cabai, cabe, cengek....